Minggu, 25 Maret 2012

Mengulas Buku Voice of Heart (Menyingkap Rahasia di Balik Perilaku Anak)

Saya ini termasuk orang yang suka membaca, apapun itu, lewat buku atau media lainnya. Intinya bacaaa! Hehe. Saya punya rasa ingin tahu yang cukup besar, jadi kalau ada hal sekecil apapun terutama yang saya belum tahu, saya berusaha untuk tahu akan hal tersebut. Dan jujur saja, saya suka yang murah-murah. Eits.. maksudnya disini barang yang murah meriah. Dengan harga yang murah, tetapi tetap mendapatkan kepuasan yang maksimal. (^_^)

Sampai pada saat waktu itu saya sedang berkunjung ke sebuah apotek hendak membeli obat, ternyata disamping apotek tersebut ada toko buku yang sedang diskon up to 70%. Wow! Tergoda saya dibuatnya. Hihi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk masuk ke toko buku tersebut. Setelah saya lihat-lihat, yaa wajar di diskon karena sebagian besar bukunya adalah stok lama. Bisa dibilang seperti cuci gudang. Namun, hal tersebut tidak mengurungkan niat saya untuk melihat dan membaca buku-buku nya. Pada akhirnya mata saya tertuju pada satu buku yaitu "Voice of Heart; Menyingkap Rahasia di Balik Perilaku Anak." Saya memutuskan untuk membelinya dengan harga yang cukup miring dari harga aslinya.

Ini bukunya! :D
 

Buku Voice of Heart ini ditulis oleh V. Dwiyani terbitan tahun 2009. Pada cover buku tersebut terdapat tulisan panduan bagi guru & orang tua. Nah.. tapi kan saya bukan guru dan belum jadi orang tua? Gapapa. Toh kelak nanti saya akan menjadi orang tua, yaa anggap saja sebagai persiapan dini. Hehe. Terdiri dari 180 halaman didalamnya. Cukup sedang, tidak terlalu tebal dan tipis.

Karena waktu dan tempat terbatas (ehem.. :p) saya disini akan membahas beberapa judul kecil saja yang ada di dalam buku tersebut.

Berikan Hukuman yang Mendidik untuk Anak
Pada umumnya , orang tua memberikan tiga jenis hukuman. Jenis pertama berupa hukuman fisik, seperti cubitan, pukulan, jeweran, dan sebagainya. Hukuman jenis kedua adalah hukuman emosi, seperti didiamkan, dibentak, diejek, dan sebagainya. Dan jenis terakhir adalah hukuman materi, seperti pemotongan uang jajan, penyitaan alat permainan, dan lain-lain.
Ketiga jenis hukuman diatas tampaknya memang paling mudah dilakukan. Hukuman yang edukatif atau mendidik justru jarang dilakukan oleh para orang tua. Hukuman yang bersifat edukatif adalah hukuman yang memberikan nilai tambah kepada anak.

Contoh hukuman edukatif:
Seorang ibu terhadap putranya yang terlambat pulang ketika bermain dengan teman-temannya. Ia meniadakan waktu menonton televisi sebagai ganti waktu yang telah dihabiskan anaknya di luar rumah bersama teman-temannya. Waktu menonton televisi harus dihunakan untuk membaca cerita dari sebuah buku. Setelah membaca buku, anak itu harus menceritakan ulang apa yang telah dibacanya.

Nah, hukuman edukatif seperti apa yang cocok untuk anak-anak? Harus mulai lebih jeli menemukan nilai dari setiap kegiatan yang dilakukan anak.


Hati-hati terhadap Rasa Bersalah
Apa hubungan antara rasa bersalah dengan pengulangan kesalahan pada anak? Ternyata rasa bersalah yang kita alami dalam menjalani peran sebagai orang tua, justru sering menjadi motivator anak untuk mengulangi kesalahan yang sama? Kenapa yah?
Rasa bersalah itu menyakitkan dan membebani. Siapa pun pasti enggan mengalaminya, termasuk anak-anak. Oleh karena itu, rasa bersalah haruslah diolah agar kita mampu memaafkan diri sendiri, dan berdamai dengan diri sendiri. Jika sudah mampu berdamai dengan diri sendiri, maka kita tidak perlu dikejar oleh rasa bersalah untuk kemudian mencari sarana yang salah, guna mengurangi rasa bersalah tersebut. Orang tua boleh menyadarkan anak akan kesalahnnya, namun mereka juga berkewajiban membantu anak untuk memaafkan dirinya sendiri sehingga tidak dibebani oleh rasa bersalah yang berkepanjangan.


Anak Butuh Kebersamaan
Kebersamaan bukan sekedar bermakna "secara fisik ada bersama-sama". Kebersamaan yang dimaksud disini adalah  keterlibatan secara aktif. Di dalam kebersamaan kita harus memasukkan unsur empati.
Kebersamaan bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan belajar besama. Dalam kegiatan belajar bersama itu, sebuah komitmen ditetapkan. Seperti durasi atau batas waktu belajar, tidak boleh berisik, dan sebagainya. Tujuannya ialah untuk membangun suasana.

Sekilas mengenai buku Voice of Heart. Sangat berguna bukan ketika kita dihadapkan oleh anak-anak? Mudah-mudahan berguna ya..

1 comments:

meinna kei mengatakan...

iya bener, rasa bersalah yang berlebihan bikin anak jadi berjiwa kerdil. gak berani ngelakuin apa-apa...
nice post :)

Posting Komentar

 

Blog Template by YummyLolly.com