Suku Gayo
Dalam tulisan ini saya akan membahas tentang Suku Gayo. Suku Gayo adalah salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia, tepatnya di dataran tinggi Gayo di Aceh. Mayoritas masyarakat suku Gayo berdiam di daerah Aceh Tengah. Tentu kita sudah tidak asing lagi bahwa Aceh dengan sebutan Kota Serambi Mekkah nya. Oleh karena itu, suku Gayo beragama Islam dan sudah pasti mereka dikenal taat dalam agamanya. Oh iya, suku ini mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa Gayo. Masyarakatnya menggunakan bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari. Mata pencaharian utama di suku Gayo ialah bertani dan berkebun dengan hasil utamanya kopi. Disamping itu, mereka juga mengembangkan kerajinan menganyam, membuat keramik, dan menenun. Kerajinan lain yang menonjol atau menjadi sorotan ialah kerajinan membuat sulaman kerawang Gayo, dengan motif yang khas. Wahh.. Pasti terbayang bagusnya kerajinan yang ada disana. Walaupun saya belum pernah mengunjungi kesana, tetapi di benak saya tergambar tentang suku Gayo.
Sistem pemerintahan di suku Gayo sendiri, masyarakat Gayo hidup dalam suatu komuniti kecil yang disebut kampong. Di setiap kampong tersebut dikepalai oleh seorang gecik. Dan kumpulan beberapa kampong disebut kemukiman. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut sarak opat. Sebuah kampong biasanya dihuni oleh beberapa kelompok klen (belah). Anggota-anggota suatu belah merasa berasal dari suatu nenek moyang masih saling mengenal dan menjalin hubungan dalam berbagai upacara adat. Garis keturunan ditarik berdasarkan garis patrilineal. Sistem perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah, dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokal (juelen) atau matrilokal (angkap). Dalam kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klen). Pada masa sekarang banyak keluarga inti yang mendiami rumah sendiri.
Pada seni budaya masyarakat Gayo, bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni bertutur yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Dalam seluruh segi kehidupan, orang Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah nilai budaya sebagai acuan tingkah laku untuk mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan, gotong royong, dan rajin (mutentu). Pengalaman nilai budaya ini dipacu oleh suatu nilai yang disebut bersikemelen, yaitu persaingan yang mewujudkan suatu nilai dasar mengenai harga diri (mukemel). Nilai-nilai ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang ekonomi, kesenian, kekerabatan, dan pendidikan. Sumber dari nilai-nilai tersebut adalah agama Islam serta adat setempat yang dianut oleh seluruh masyarakat Gayo.
0 comments:
Posting Komentar